Suratkabar.co.id – Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kementerian Kominfo) bersama Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Republik Indonesia (RI) telah menyelenggarakan seminar daring dengan tema Literasi Digital: “Tangkal Radikalisme di Dunia Digital”. Seminar ini diselenggarakan pada hari Minggu, 25 Februari 2024 melalui platform Zoom meeting. Terdapat empat narasumber yang mumpuni di bidangnya sebagai pembicara, yaitu Bapak Dr. H. Abdul Kharis Almasyhari yang merupakan seorang Wakil Ketua Komisi I DPR RI, Bapak Semuel Abrijani Pangerapan, B.Sc., sebagai Dirjen Aplikasi Informatika (APTIKA) Kementerian Kominfo RI, Bapak Prof. Dr. Widodo Muktiyo, S.E., M.Com., yang merupakan seorang pakar kehumasan, serta Bapak Fajar Tawakkal sebagai seorang StartupPreneur.
Seminar ini merupakan dukungan Kemenkominfo terhadap Program Literasi Digital yang melibatkan berbagai elemen masyarakat. Seminar Ngobrol Bareng Legislator memiliki beberapa tujuan, di antaranya yaitu untuk mendorong masyarakat supaya mengoptimalkan pemanfaatan internet sebagai sarana edukasi; memberdayakan masyarakat agar dapat memilah dan memilih informasi yang dibutuhkan dan bermanfaat; memberikan informasi yang lengkap kepada masyarakat terkait pembangunan Infrastruktur TIK yang dilakukan oleh pemerintah, khususnya oleh APTIKA; mendorong dan memotivasi peran orang tua dalam pendampingan pembelajaran di masa pandemi; serta mewujudkan jaringan informasi serta media komunikasi dua arah antara masyarakat dengan masyarakat maupun dengan pihak lainnya. Seminar ini terdiri dari beberapa sesi, yaitu sesi pembukaan, pemaparan materi, sesi tanya jawab, dan sesi penutup.
Seminar dimulai pada pukul 13.00 WIB yang diawali oleh hiburan band pada 15 menit sebelumnya. Kemudian, ditampilkan pula video-video yang berkaitan dengan literasi digital. Seminar dibuka oleh seorang Master of Ceremony (MC) dengan menyapa para narasumber yang akan memberi paparan materi kepada seluruh peserta. Saat memasuki sesi pemaparan materi, MC menyerahkan acara kepada moderator untuk memandu sesi paparan dan sesi diskusi. Sesi pemaparan materi diawali pengantar materi oleh Bapak Dr. H. Abdul Kharis Almasyhari.
Pak Kharis menyampaikan bahwa radikalisme menurut KBBI adalah paham atau aliran yang radikal dengan politik, menginginkan perubahan atau pembaharuan sosial dengan cara kekerasan dan drastis. Beliau menambahkan bahwa radikalisme bermakna dua, yaitu ingin terbebas dan tidak terpengaruh oleh paham-paham yang bertentangan dengan pancasila, atau bertentangan dengan nilai-nilai agama dan norma-norma kehidupan berbangsa dan bernegara di Indonesia. Menurut beliau, kita harus memiliki sikap radikal ketika mempertahankan kedaulatan Republik Indonesia. “Semestinya, kita rela dikatakan radikal ketika kita menentang seluruh intervensi asing di Indonesia, yang membuat kita tidak merdeka. Dalam konteks positif, yaitu dalam rangka mempertahankan kedaulatan negara, kita juga harus melakukan langkah yang radikal, yaitu mengusir seluruh musuh-musuh negara.”, pesan Pak Kharis. Di akhir sesi, beliau mengingatkan bahwa di dunia digital, kita sangat mungkin terpengaruh, oleh karena itu, harus waspada terhadap seluruh pengaruh yang akan merugikan bangsa dan negara kita melalui dunia digital.
Seminar dilanjutkan dengan sambutan oleh Bapak Semuel Abrijani Pangerapan, B.Sc., yang menjabat sebagai Dirjen Aplikasi dan Informatika (APTIKA) Kementerian Kominfo RI melalui tampilan video. Dalam video tersebut, beliau yang akrab dipanggil Bapak Semmy menjelaskan bahwa memasuki tahun 2024, perwujudan Indonesia Digital Nation tetap menjadi salah satu prioritas utama guna mewujudkan Indonesia yang makin digital dan maju. Kemenkominfo melalui Dirjen APTIKA terus berkomitmen dalam menyelenggarakan berbagai inisiatif dan program peningkatan literasi digital, guna mendukung upaya transformasi digital yang inklusif, memberdayakan, serta berkelanjutan. Beliau menyampaikan bahwa upaya transformasi digital ini perlu terus dilakukan untuk mendorong kemajuan perekonomian bangsa dan membuka berbagai peluang bagi masyarakat Indonesia, mengingat perkembangan teknologi digital saat ini telah mengubah cara kita bekerja, berusaha, dan menjalani kehidupan sehari-hari. “Atas dasar itulah yang mendorong kami untuk melakukan peningkatan kesadaran, pengetahuan, dan kecakapan digital yang ditujukan pada tiga sektor, yaitu masyarakat umum, pemerintahan, dan pendidikan, melalui berbagai program literasi digital.”, tambah Pak Semmy dalam sambutannya.
Pemaparan materi selanjutnya disampaikan oleh Bapak Prof. Dr. Widodo Muktiyo, S.E., M.Com. Beliau menyebutkan bahwa radikalisme dalam konteks era digital menjadi gerakan yang bisa sangat sedikit jumlahnya, tetapi militansinya bisa tinggi, dan itu membahayakan ideologi, bahkan kehidupan sosial masyarakat kita. “Oleh karena itulah, ini yang harus kita tangkal dan waspadai, supaya kita tidak termasuk ke dalam pengaruh informasi seperti itu.”. Sebagai penutup, beliau berpesan kepada para peserta, “Mari kita menggunakan sosial media dengan riang gembira, tapi tetap selalu mengedepankan apapun yang kita buat, dapat memiliki pesan-pesan positif yang menginspirasi dan memotivasi teman yang lain, dan dibingkai dengan nilai-nilai ke-Indonesia-an kita, idoelogi Pancasila.”.
Bapak Fajar Tawakkal menjadi pemateri terakhir yang memaparkan materinya. Pada awal pemaparan materinya, beliau menyebutkan bahwa cara-cara menggunakan internet dengan bijak, yaitu dengan mencari hanya informasi yang dibutuhkan, batasi terhadap informasi yang bukan tujuan; buat waktu untuk mengakses internet, hindari untuk mengakses informasi cepat; dan jadikan internet sebagai sumber pendapatan, bukan untuk killing time. Beliau juga menjelaskan definisi radikalisme menurut KBBI, salah satunya yaitu sikap ekstrem dalam aliran politik. “Kita tuh harus curiga bilamana adanya ajakan pertemuan tertutup, ajakan perkumpulan grup yang isinya berupa ujaran kebencian, serta ajakan patungan uang untuk organisasi yang tidak terdaftar.”, pesan Pak Fajar sebagai penutup sesi materinya.
Setelah paparan materi dari keempat narasumber, moderator membuka sesi tanya jawab. Para peserta sangat antusias dalam memberikan pertanyaan. Dari 150 peserta, terdapat satu pertanyaan yang terpilih. Sesi diskusi melalui tanya jawab berjalan interaktif antara narasumber dan peserta. Setelah selesai sesi diskusi, moderator mengembalikan acara kepada MC. Acara ditutup secara resmi oleh MC pada puku 15.00 WIB. Seminar ini diharapkan dapat menjadi sarana penambahan literasi digital bagi masyarakat sebagai dukungan kepada pemerintah mewujudkan transformasi digital Indonesia.