Suratkabar.co.id – Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kementerian Kominfo) bersama Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Republik Indonesia (RI) telah menyelenggarakan seminar daring dengan tema Literasi Digital: “Literasi Digital bagi Tenaga Kesehatan”. Seminar ini diselenggarakan pada hari Kamis, 28 Maret 2024 melalui platform Zoom meeting. Terdapat empat narasumber yang mumpuni di bidangnya sebagai pembicara, yaitu Bapak Dr. H. Abdul Kharis Almasyhari yang merupakan seorang Wakil Ketua Komisi I DPR RI, Bapak Semuel Abrijani Pangerapan, B.Sc., sebagai Dirjen Aplikasi Informatika (APTIKA) Kementerian Kominfo RI, Bapak dr. Ahmad Supriyanto, M.M., yang merupakan surveior akreditasi RS, serta Bu dr. Ni Nyoman Indirawati, Sp.PD., yang merupakan seorang staf Divisi Respirologi dan Penyakit Kritis RSCM-FKUI Kepala Bidang P3A IDI Jakarta Pusat.
Seminar ini merupakan dukungan Kemenkominfo terhadap Program Literasi Digital yang melibatkan berbagai elemen masyarakat. Seminar Ngobrol Bareng Legislator memiliki beberapa tujuan, di antaranya yaitu untuk mendorong masyarakat supaya mengoptimalkan pemanfaatan internet sebagai sarana edukasi; memberdayakan masyarakat agar dapat memilah dan memilih informasi yang dibutuhkan dan bermanfaat; memberikan informasi yang lengkap kepada masyarakat terkait pembangunan Infrastruktur TIK yang dilakukan oleh pemerintah, khususnya oleh APTIKA; mendorong dan memotivasi peran orang tua dalam pendampingan pembelajaran di masa pandemi; serta mewujudkan jaringan informasi serta media komunikasi dua arah antara masyarakat dengan masyarakat maupun dengan pihak lainnya. Seminar ini terdiri dari beberapa sesi, yaitu sesi pembukaan, pemaparan materi, sesi tanya jawab, dan sesi penutup.
Seminar dimulai pada pukul 13.00 WIB yang diawali oleh hiburan band pada 15 menit sebelumnya. Kemudian, ditampilkan pula video-video yang berkaitan dengan literasi digital. Seminar dibuka oleh seorang Master of Ceremony (MC) dengan menyapa para narasumber yang akan memberi paparan materi kepada seluruh peserta. Saat memasuki sesi pemaparan materi, MC menyerahkan acara kepada moderator untuk memandu sesi paparan dan sesi diskusi. Sesi pemaparan materi diawali oleh Bapak Dr. H. Abdul Kharis Almasyhari.
Pak Kharis menyampaikan bahwa mulai bulan Oktober 2024, Undang-Undang Perlindungan Data Pribadi (UUPDP) akan mulai berlaku secara penuh. Beliau menambahkan bawa perintah UU ini yaitu semua medical record pasien berubah menjadi digital, supaya ada kesetaraan dengan negara-negara lain, di mana rumah sakit yang mengendalikan data pasien dan tenaga medisnya dapat terkoneksi dan ditransfer informasinya antara rumah sakit satu dengan lain, bahkan termasuk rumah sakit di indonesia dengan negara-negara lain. “UU tersebut juga meng-cover seluruh hal yang berkaitan dengan kehidupan kita, menjadi akan tercatat secara digital. Karena memang pemborosan jika menggunakan hardcopy, akan berdampak pada kelestarian makhluk hidup, diakibatkan banyak hutan yang harus ditebang untuk memenuhi pembuatan kertas.”, sebut Pak Kharis. Menurutnya, tenaga medis mungkin akan merasa terbebani di masa transisi digitalisasi ini, namun nanti saat semua prosesnya sudah selesai, mereka akan merasa lebih dimudahkan dan tidak lagi disibukkan dengan administrasi semi, manual dan digital.
Seminar dilanjutkan dengan sambutan oleh Bapak Semuel Abrijani Pangerapan, B.Sc., yang menjabat sebagai Dirjen Aplikasi dan Informatika (APTIKA) Kementerian Kominfo RI melalui tampilan video. Dalam video tersebut, beliau yang akrab dipanggil Bapak Semmy menjelaskan bahwa memasuki tahun 2024, perwujudan Indonesia Digital Nation tetap menjadi salah satu prioritas utama guna mewujudkan Indonesia yang makin digital dan maju. Kemenkominfo melalui Dirjen APTIKA terus berkomitmen dalam menyelenggarakan berbagai inisiatif dan program peningkatan literasi digital, guna mendukung upaya transformasi digital yang inklusif, memberdayakan, serta berkelanjutan. Beliau menyampaikan bahwa upaya transformasi digital ini perlu terus dilakukan untuk mendorong kemajuan perekonomian bangsa dan membuka berbagai peluang bagi masyarakat Indonesia, mengingat perkembangan teknologi digital saat ini telah mengubah cara kita bekerja, berusaha, dan menjalani kehidupan sehari-hari. “Atas dasar itulah yang mendorong kami untuk melakukan peningkatan kesadaran, pengetahuan, dan kecakapan digital yang ditujukan pada tiga sektor, yaitu masyarakat umum, pemerintahan, dan pendidikan, melalui berbagai program literasi digital.”, tambah Pak Semmy dalam sambutannya.
Pemaparan materi selanjutnya disampaikan oleh Bapak dr. Ahmad Supriyanto, M.M. Pada awal sesi pemaparan materinya, beliau menyebutkan definisi literasi digital menurut UNESCO, yaitu kemampuan untuk mengakses sumber berita dan mengevaluasi secara kritis dan menciptakan informasi melalui teknologi digital. Sedangkan, Tenaga Kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang Kesehatan, serta memiliki sikap profesional, pengetahuan, dan keterampilan melalui pendidikan tinggi yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan (Undang-Undang Kesehatan 17 tahun 2023).
Sebagai seorang surveior akreditasi RS, Pak Ahmad menyebutkan salah satu bentuk transformasi digital yang dirasakannya yaitu perubahan dokumen akreditasi sudah mulai dalam bentuk digital. Beliau menjelaskan bahwa perubahan ini mempersingkat waktu proses akreditasi yang biasanya memakan waktu lima hari, maka bisa hanya menjadi tiga hari, sehingga sangat efisien dari sisi akomodasi, data menjadi lebih rapi, dsb. Sementara itu, contoh transformasi digital lainnya di bidang Kesehatan yaitu pembuatan satu platform oleh Kemenkes RI, yaitu ‘Satu Sehat’, yang menjadi penghubung dan pemberdaya seluruh ekosistem sistem kesehatan serta pengguna (masyarakat). Di akhir sesinya, beliau menyebutkan data dari Kominfo RI pada periode Agustus 2018 – 30 Juni 2023, yaitu temuan isu hoaks paling banyak berada di kategori kesehatan. “Sebagai nakes, kita perlu berperan dalam meng-counter hoaks yang beredar, terutama paling banyak di media sosial.”, pesan Pak Ahmad.
Bu dr. Ni Nyoman Indirawati, Sp.PD., menjadi pemateri terakhir yang memaparkan materinya. Beliau menyebutkan bahwa perkembangan digitalisasi penting bagi Indonesia karena Indonesia menempati urutan keempat jumlah pengguna smartphone terbanyak di dunia. Beliau menyebutkan beberapa contoh kemajuan teknologi di bidang kesehatan, seperti electronic medical records, medical imaging, AI di bidang kesehatan, telemedicine, mhealth, kemajuan alat kesehatan, automasi robot, wearable devices. Beberapa dampak positif berikut dirasakan akibat adanya digitalisasi di sektor kesehatan, yaitu kemudahan mencari informasi sehingga dapat meningkatkan kualitas dan pengetahuan SDM, adanya media massa yang berbasis digital seperti platform edukasi bagi masyarakat, munculnya inovasi di bidang Kesehatan yang dapat memudahkan proses dan kualitas pelayanan Kesehatan, serta perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang dapat memudahkan diskusi atau konsultasi lintas profesi Kesehatan. Di samping itu, ada juga tantangan literasi digital yang dirasakan saat ini, seperti arus informasi yang banyak, adanya konten-konten negatif, pengajar yang kurang melek teknologi, dan maraknya penipuan yang memanfaatkan teknologi digital.
Terkait cara meningkatkan literasi digital, Bu Indira menjelaskan skil yang harus dimiliki oleh tenaga kesehatan di era digital ini, yaitu 3S+AI, terdiri dari ‘Smartphone’, yaitu memanfaatkannya untuk sharing berita, mengedukasi masyarakat terkait mana info benar dan hoaks mengenai isu Kesehatan. S kedua yaitu ‘Social media’, yaitu manfaatkan sosmed dengan baik mengenai perkembangan zaman terbaru atau isu-isu terbaru. Selanjutnya adalah ‘Search engine’, yaitu mencari kebenaran informasi Kesehatan dengan memanfaatkan berbagai search engine yang ada. Terakhir, ‘AI’, yaitu kecakapan dalam menggunakan Artificial Intelligence. “AI tidak bisa menggantikan profesi dokter dan perawat, namun hanya bisa membantu kinerja mereka.”, sebut Bu Indira.
Setelah paparan materi dari keempat narasumber, moderator membuka sesi tanya jawab. Para peserta sangat antusias dalam memberikan pertanyaan. Dari 150 peserta, terdapat dua pertanyaan yang terpilih. Sesi diskusi melalui tanya jawab berjalan interaktif antara narasumber dan peserta. Setelah selesai sesi diskusi, moderator mengembalikan acara kepada MC. Acara ditutup secara resmi oleh MC pada puku 15.00 WIB. Seminar ini diharapkan dapat menjadi sarana penambahan literasi digital bagi masyarakat sebagai dukungan kepada pemerintah mewujudkan transformasi digital Indonesia.