RSI Sultan Agung Ungkap Duduk Perkara Dokter Diduga Dianiaya Dosen Unissula

Semarang – Rumah Sakit Islam (RSI) Sultan Agung Semarang angkat bicara mengenai viral dugaan kekerasan yang dilakukan dosen Fakultas Hukum Universitas Islam Sultan Agung (Unissula), Muhammad Dias Saktiawan, ke seorang dokter anestesi. RSI mengungkap duduk perkara penganiayaan terhadap dokter bernama Astra itu.

Hal tersebut dikatakan Dewan Pengawas RSI Sultan Agung, Farhat Suryaningrat. Ia menjelaskan, peristiwa dugaan kekerasan itu bermula saat istri Dias menjalani proses persalinan di RSI Sultan Agung dengan kondisi berisiko tinggi.

“Setelah bayi lahir, kondisi sempat menegangkan karena ibunya membutuhkan penanganan tambahan,” kata Farhat saat dihubungi awak media, Selasa (9/9/2025).

Farhat menyebut, dokter pun telah merekomendasikan agar persalinan dilakukan dengan operasi caesar. Namun, keluarga pasien bersikeras menginginkan persalinan normal.

“Dalam situasi itu, keluarga pasien panik dan meluapkan emosi di ruang perawatan,” tuturnya.

Farhat juga menegaskan, dugaan adanya kekerasan fisik terhadap dokter Astra juga tidak benar. Dokter anestesi itu disebut tak dicakar maupun terkena kekerasan fisik. Kejadian itu disebut miskomunikasi karena kepanikan Dias sebagai seorang ayah.

Farhat menyebut, pihak rumah sakit juga sudah menyelesaikan persoalan tersebut secara internal dan memastikan tenaga kesehatan tetap mendapat perlindungan.

“Intinya sudah terselesaikan secara internal. Kita akan meningkatkan respons internal biar teman-teman lebih responsif. SOP akan kita perketat. Intinya di internal kita ada perbaikan,” tuturnya.

Adapun kabar dugaan pemukulan terhadap dokter di RSI tersebut viral usai diunggah akun Instagram @dinaskegelapan_kotasemarang. Dalam unggahan itu disebutkan, seorang dokter anestesi dipukul hingga bidan ketakutan saat menangani pasien bersalin.

“Katanya orang terhormat, tapi kelakuan justru memalukan! Dokter anestesi dipukul, bidan sampai nangis ketakutan, pintu ditendang sampai bolong,” tulis akun @dinaskegelapan_kotasemarang, Senin (8/9/2025).

Akun tersebut juga mengunggah video yang memperdengarkan seorang pria memaki-maki perempuan yang disebut merupakan salah satu nakes di RSI. Pria tersebut pun diungkap identitasnya sebagai dosen Fakultas Hukum Unissula.

“Mengumpat menggunakan kata2 yg tidak patut disampaikan oleh seorang Dosen Fakultas Hukum Unissula spt “bajin%©n” dan “a$ $u” .. bahkan saking tidak dapat mengontrol emosinya, dia bahkan teriak akan membakar rumah sakit Sultan Agung yg kita sayangi,” tulis akun tersebut.

Dalam satu unggahan diperlihatkan, pintu ruang bersalin bahkan ditendang hingga rusak. Insiden tersebut diduga terjadi lantaran pria terduga pelaku ngotot meminta istri pasien diberikan anestesi penuh agar tidak merasakan sakit.

“Pintu tidak bergerak saja menjadi korban, apalagi dokter yang menjelaskan pada sang arogan,” tulisnya lagi.

Kasus ini pun mendapat perhatian dari Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Jawa Tengah (Jateng). Ketua IDI Jateng, dr. Telogo Wismo, menyampaikan keprihatinannya dan menegaskan siap mendampingi tenaga medis jika kasus ini berlanjut ke ranah hukum.

“Pemukulan, penganiayaan, atau ancaman pada profesi dokter yang sedang melaksanakan tugas itu kan semakin banyak muncul. Termasuk di RSUD Sekayu, Surabaya, dan sekarang di Semarang. Kami sangat-sangat prihatin,” kata Telogo.

Ia menyayangkan masih adanya kasus tenaga medis mendapat perlakuan kasar saat menjalankan tugas. Menurutnya, masyarakat seharusnya bisa menahan diri karena datang ke rumah sakit sejatinya untuk meminta pertolongan.

“Kenapa kok yang dimintai tolong malah dianiaya? Pemahaman antara hak dan kewajiban mungkin belum bisa dipahami secara luas,” ujarnya.

Telogo menyebut pihaknya telah menugaskan tim bantuan hukum IDI untuk mendalami kasus ini. Meski begitu, ia menekankan bahwa kewenangan awal ada di pihak rumah sakit karena insiden terjadi di lingkungan internal.

“IDI wajib membela anggota agar kejadian semacam ini tidak terulang. Kalau dokter bekerja dengan perasaan was-was, tentu bisa berdampak pada pelayanan. Apalagi kalau melihat videonya, sampai ada tenaga kesehatan yang menjerit-jerit ketakutan,” jelasnya.

Sementara Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Kota Semarang meminta agar kasus dugaan pemukulan terhadap dokter anestesi Rumah Sakit Islam (RSI) Sultan Agung tak diselesaikan secara kekeluargaan. Ia juga mengaku belum menerima kronologi terkait kasus yang sudah beredar di media sosial itu.

“Kalau kami mikirnya jangan sampai kejadian ini terulang kembali. Jadi kalau hal ini juga bisa diselesaikan secara kekeluargaan, takutnya ada preseden yang kurang baik,” kata Ketua IDI Kota Semarang, Sigid Kirana Lintang Bhima saat dihubungi detikJateng, Senin (8/9).

“Kronologinya seperti apa, siapa saja yang terlibat di dalamnya. Itu kami hanya mengetahui dari medsos,” sambungnya.

 

Artikel ini telah tayang di                      Surat Kabar 

Editor : Qurrota A’yun

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *