Suratkabar.co.id – Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kementerian Kominfo) bersama Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Republik Indonesia (RI) telah menyelenggarakan seminar daring dengan tema Forum Diskusi Publik: “Menangkal Hoaks dan Kampanye Negatif Jelang Pilkada Serentak 2024”.
Seminar ini diselenggarakan pada hari Kamis, 17 Oktober 2024 melalui platform Zoom meeting. Terdapat tiga narasumber yang mumpuni di bidangnya sebagai pembicara, yaitu Bapak Dr. H. Abdul Kharis Almasyhari yang merupakan seorang Wakil Ketua Komisi I DPR RI, Bapak Gun Gun Siswadi, yang sebagai pegiat literasi digital, serta Bapak Hilmi Ash Shidiqi, yang merupakan seorang pegiat Forum Kita Damai.
Seminar ini merupakan dukungan Kemenkominfo terhadap Program Literasi Digital yang melibatkan berbagai elemen masyarakat. Forum Diskusi Publik memiliki beberapa tujuan, di antaranya yaitu untuk mendorong masyarakat supaya mengoptimalkan pemanfaatan internet sebagai sarana edukasi, serta memberdayakan masyarakat agar dapat memilah dan memilih informasi yang dibutuhkan dan bermanfaat. Seminar ini terdiri dari beberapa sesi, yaitu sesi pembukaan, pemaparan materi, sesi tanya jawab, dan sesi penutup.
Seminar dimulai pada pukul 12.30 WIB yang diawali dengan ditampilkannya video-video yang berkaitan dengan literasi digital, dilanjut oleh hiburan band selama 20 menit. Kemudian, Seminar dibuka oleh seorang Master of Ceremony (MC) dengan menyapa para narasumber yang memberi paparan materi kepada seluruh peserta. Saat memasuki sesi pemaparan materi, MC menyerahkan acara kepada moderator untuk memandu sesi paparan dan sesi diskusi. Sesi pemaparan materi diawali oleh Bapak Dr. H. Abdul Kharis Almasyhari.
Pak Kharis menyebutkan bahwa hoax dan kampanye negatif sebenarnya setiap hari ada, namun menjelang pilkada akan lebih tinggi frekuensinya. Menurut beliau, kita yang terliterasi digital dengan baik, seharusnya bisa memberikan informasi untuk tidak terpengaruh oleh hoax dan kampanye negative, apalagi menjadi penyebar konten negatif tersebut. “Ketika menjelang pemilu, selalu saja hoax dan kampanye negatif ini pasti ada, karena memang manusia pasti punya kekurangan dan tidak sempurna. Seharusnya yang kita perhatikan adalah kelebihan dan keunggulan kandidat yang kita gali untuk memajukan negeri ini,” pesan Pak Kharis di akhir sesinya.
Pemaparan materi selanjutnya disampaikan oleh Bapak Gun Gun Siswadi. Pada awal sesi pemaparan materinya, beliau menyebutkan data jumlah isu hoax yang beredar terkait Pilkada Serentak 2024 relatif tidak banyak, jika dibandingkan dengan Pilkada sebelumnya. Pada tahun 2019 – 2020, temuan isu hoaks Pilkada sebanyak 80 isu hoaks, sementara sejak Januari 2023 hingga September 2024 terdapat 8 isu hoaks. Beliau juga menjelaskan langkah dalam mengatasi kampanye negatif, yaitu dengan mengajarkan masyarakat cara memahami pentingnya memilih berdasarkan program dan kapabilitas kandidat, bukan berdasarkan fitnah atau informasi negatif. “Literasi digital bagi generasi muda dapat dilakukan dengan memahami teknologi, berpikir kritis, dan kreativitas generasi muda,” sebut Pak Gun Gun.
Bapak Hilmi Ash Shidiqi, menjadi pemateri terakhir yang memaparkan materinya. Beliau menyebutkan bahwa dampak besar berita hoax yaitu mengubah persepsi pilihan pemilih, mengingatkan polarisasi sosial, menurunkan partisipasi politik, merusak kredibilitas, dan memicu konflik sosial. Beliau mengingatkan untuk selalu cek, apakah informasi yang didapat berasal dari sumber terpercaya seperti media resmi atau situs pemerintah. “Hindari reaksi berlebihan, jangan langsung menyebarkan berita, dan tingkatkan literasi digital,” pesan beliau di sesi materinya.
Setelah paparan materi dari ketiga narasumber, moderator membuka sesi tanya jawab. Para peserta sangat antusias dalam memberikan pertanyaan. Dari 100 peserta, terdapat tiga pertanyaan yang terpilih. Sesi diskusi melalui tanya jawab berjalan interaktif antara narasumber dan peserta. Setelah selesai sesi diskusi, moderator mengembalikan acara kepada MC. Acara ditutup secara resmi oleh MC pada pukul 15.00 WIB. Seminar ini diharapkan dapat menjadi sarana penambahan literasi digital bagi masyarakat sebagai dukungan kepada pemerintah mewujudkan transformasi digital Indonesia.