Suratkabar.co.id – Pada hari Kamis, 20 Februari 2025 pk. 10.00, komisi IX DPR RI mengadakan RDPU dengan Perwakilan Perhimpunan Dokter Estetika Indonesia (Perdesti), perwakilan IAI (Ikatan Apoteker Indonesia), dan beberapa owner brand Skin Care.
RDPU ini tercetus sebagai respons oleh karena adanya huru hara di bidang skin care yang melibatkan akun medsos dokter detektif.
Pada rapat ini dr. Janet Stanzah selaku perwakilan Perdesti mengungkapkan bahwa apa yang dilakukan dokter detektif yaitu dengan mempublikasikan hasil uji laboratorium di media sosial dengan tidak beretika ini sangat meresahkan.
Berdasarkan beberapa laporan brand owner, diduga dokter detektif juga melakukan perselisihan terhadap brand owner dan ada dugaan meminta sejumlah uang kepada brand owner.
Dalam kesempatan ini, dr. Gregory Budiman juga bersaksi bahwa produknya yaitu Get Beauty direview buruk oleh dokter detektif, namun setelah dilakukan pengecekan oleh pihak pabrik dan juga pengecekan mandiri dari produk yang beredar di masyarakat ternyata hasilnya bagus dan sesuai dengan Dokumen Informasi Produk (DIP). Hal ini menimbulkan kecurigaan adanya manipulasi terhadap produk yang diuji.
Oleh sebab itu dalam rapat tersebut kami menyampaikan bahwa uji laboratorium yang dilakukan oleh dokter detektif tidak valid dan ada dugaan manipulasi. Dan juga apa yang dilakukan oleh dokter detektif telah melanggar aturan BPOM dan mendiskreditkan kinerja dan wewenang BPOM karena yang berhak memberikan approval dan evaluasi suatu produk kosmetik hanyalah BPOM.
Pada rapat ini juga terungkap bahwa ada brand owner yang mengalami pemerasan dalam jumlah sangat besar yang dilakukan oleh dokter detektif.
Pimpinan komisi IX DPR RI menyatakan bahwa akan mendalami kasus ini dan akan memberikan rekomendasi kepada BPOM dan Kemenkes agar bertindak tegas dan segera menyelesaikan masalah huru hara skin care di tanah air.
